Di tengah hangatnya matahari Denpasar siang itu, Selasa, 29 Juli 2025, semangat para pengusaha UKM (Usaha Kecil Menengah) Bali menggema di Goemerot Denpasar, tempat di mana sejarah kecil tapi bermakna bagi ekonomi kerakyatan ditorehkan. Kementerian Perdagangan RI bersinergi dengan Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Kota Denpasar dan HIPPI Bali, menggelar “Bincang Bisa Ekspor”, sebuah forum inspiratif yang tak sekadar jadi ajang diskusi, tapi juga momentum nyata bagi UKM lokal untuk unjuk gigi di panggung global.
Acara ini menjadi istimewa karena kehadiran langsung Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Dr. Budi Santoso, yang hadir sebagai pembicara utama. Didampingi oleh Ketua Umum HIPPI Bali, Dr. Gung Tini Gorda, dan Ketua Umum HIPPI Denpasar, Mulianingsih, forum ini menjadi titik temu gagasan, semangat, dan langkah konkret untuk membawa produk-produk lokal menembus batas negara.
Tak hanya menjadi ruang bertukar ilmu dan strategi ekspor, Bincang Bisa Ekspor juga dirangkaikan dengan pelepasan ekspor produk dari UKM anggota HIPPI Denpasar. Tiga produk unggulan HIPPI Denpasar yakni vanila, kayu manis, dan madu resmi diberangkatkan menuju Hongkong, dengan nilai ekspor sebesar 350 ribu dolar AS. Angka yang mungkin terlihat kecil di atas kertas, namun bermakna besar sebagai simbol awal kebangkitan UKM Denpasar dan Anggota HIPPI Denpasar menembus pasar internasional.
Menteri Perdagangan Budi Santoso membawa pesan penting: Indonesia tak kekurangan produk. Justru, kekayaan produk UKM sangat melimpah dan tinggal menunggu untuk distandarisasi serta difasilitasi masuk ke pasar global. Pemerintah tengah bergerak masif hingga ke tingkat kelurahan dan desa, menjangkau pelaku usaha kecil agar siap bersaing di ranah ekspor.” Jaringan perwakilan dagang Indonesia di luar negeri pun kini dioptimalkan untuk membantu mencarikan pembeli bagi produk-produk lokal yang selama ini tersembunyi di balik etalase pasar domestik”, katanya.
Langkah ini sekaligus menjadi jawaban atas tantangan global, termasuk tensi perang dagang dan tarif ekspor Amerika Serikat. Indonesia kini bergerak lincah membuka pasar-pasar baru di Eropa, Jepang, Rusia, hingga Afrika dan Amerika Latin.
“Di tengah peta perdagangan global yang terus berubah, UKM Bali dinilai memiliki potensi besar sebagai pemain ekspor, dengan kekuatan pada produk natural, bernilai tambah, dan berakar pada kearifan lokal”, tegasnya.
Ketua Umum HIPPI Denpasar Mulianingsih yang akrab disapa Lia mengungkapkan harapannya dengan acara Bincang Bisa Ekspor dan pelepasan produk ekspor dari HIPPI Denpasar. Pihaknya berharap eskpor produk UKM Bali yang sempat lesu kini bisa kembali bergeliat dan bangkit.
“UKM Bali khususnya juga anggota dan binaan HIPPI Denpasar maupun HIPPI Bali diajak bangkit, menggarap peluang ekspor dan tembus pasar global sehingga menjadi UKM naik kelas dan go global”, katanya.

Melalui forum ini, para pelaku usaha lokal diajak untuk melihat ekspor bukan lagi sebagai hal yang jauh dari jangkauan, tapi sebagai peluang nyata yang bisa dikejar bersama. HIPPI Denpasar ingin lebih dari sekadar mengirim bahan mentah ke luar negeri. Mereka ingin mendorong transformasi: dari komoditas menjadi industri, dari petani menjadi eksportir, dari usaha kecil menjadi pelaku global.
HIPPI Denpasar meyakini ekspor ini bukan hanya tentang produk. “Ia adalah tentang harapan bahwa Bali bisa bangkit, bahwa UKM bisa mendunia, dan bahwa di balik setiap botol madu, setiap gulung kayu manis, dan setiap biji vanila, tersimpan semangat anak negeri yang tak pernah lelah bermimpi”, terangnya.
Acara ini tak sekadar ajang diskusi, acara ini menjadi momentum simbolis dan strategis. Produk-produk unggulan dari pelaku UKM lokal vanila, kayu manis, dan madu, secara resmi dilepas untuk diekspor ke Hong Kong. Nilainya memang belum fantastis, sekitar 350 ribu dolar AS dalam komitmen kontrak selama tiga tahun. Namun, nilai emosional dan dampak jangka panjangnya jauh melampaui angka.
Vanila harum dari ladang Melaya di Jembrana, kayu manis yang dipanen dengan kesabaran dari perbukitan Bali, hingga madu manis dari petani Karangasem, kini menyeberangi samudera, membawa cerita tentang tanah Bali yang subur, tangan-tangan terampil petani, dan mimpi besar para pengusaha lokal. Semua itu diramu dan dikemas di Denpasar sebelum akhirnya berlayar menuju pasar dunia.
Ketua Umum HIPPI Bali Dr. Gung Tini Gorda juga menyampaikan harapannya atas acara Bincang Bisa Ekspor dan pelepasan produk ekspor dari UKM anggota HIPPI Denpasar ini. HIPPI Bali memandang momen ini sebagai awal dari lompatan besar. Mereka tidak ingin UKM Bali hanya sekadar jadi penonton dalam panggung ekspor global.
“Keberadaan organisasi seperti HIPPI kini semakin mendapat penguatan dari negara, dan itu menjadi energi baru bagi mereka yang selama ini berjuang sendiri”, tegasnya.
Dengan mata yang berbinar dan suara penuh keyakinan, Gung Tini Gorda menyampaikan harapan tulusnya. Dia menegaskan Bincang Bisa Ekspor dan pelepasan produk ekspor dari UKM anggota HIPPI Denpasar ini. adalah bukti bahwa ekspor bukan lagi mimpi yang jauh.
” Ini adalah langkah nyata menuju Indonesia Emas 2045. Kementerian Perdagangan telah membuka pintu, dan kini saatnya HIPPI berjalan bersama UKM Bali tembus pasar global”, ungkapnya.
Gung Tini Gorda menekankan pentingnya peran organisasi seperti HIPPI sebagai jembatan strategis yang memperkuat pelaku usaha kecil untuk naik kelas. Ini tidak bisa dijalani sendiri-sendiri. Organisasi akan menjadi motor penggerak, dan HIPPI akan terus menjadi fasilitator bagi UKM yang ingin go international.
Ekspor bukan lagi mimpi yang jauh. Ia nyata, hadir, dan kini telah dimulai dari Denpasar. HIPPI Denpasar menjadi pionir, motor penggerak yang menginspirasi daerah lain di Bali.
Mereka akan menjadi fasilitator, pembuka jalan bagi UKM di kabupaten lain, agar tak lagi ragu bermimpi besar.
Salah satu pengusaha UKM yang hadir yang anggota HIPPI Denpasar Ni Nyoman Ayu Upadani, tak kuasa menyembunyikan rasa harunya.
Pemilik Candra Collection Bali, produsen alas kaki dengan sentuhan khas Bali, mengungkapkan semangatnya yang kembali menyala.
Dirinya mengaku sudah pernah ekspor ke Jepang, Australia, dan Eropa sebelum pandemi Covid-19. Tapi setelah pandemi, semuanya berhenti.
“Setelah acara bersama Menteri Perdagangan ini dan juga berkat dukungan HIPPI Denpasar, semangat saya kembali hidup dan menyala seolah diberi jalan untuk berani melangkah lagi”, ungkapnya.
Ayu Upadani tak sendiri. Ratusan anggota HIPPI Bali dan Denpasar yang hadir pun merasakan hal yang sama bahwa ekspor bukan lagi sesuatu yang jauh, melainkan peluang yang sedang mengetuk pintu mereka. Diharapkan UKM di Bali bisa ikut mempromosikan dan menjual produknya ke seluruh dunia.
Di antara peserta yang hadir, cerita Padma Herbal Bali menjadi salah satu potret keberhasilan yang memotivasi. Perusahaan lokal ini, lewat tangan-tangan perempuan tangguh Kelompok Wanita Tani di Tabanan, berhasil menanam dan mengolah rosella secara organik hingga tembus pasar ekspor. Hasilnya adalah permen rosela dan teh herbal atau artisan tea berkualitas tinggi yang kini telah menyeberangi lautan menuju Hongkong.
Elida selaku Manajer Produksi Padma Herbal Bali mengungkapkan produksi mereka saat ini masih berkisar 50 kg per bulan untuk ekspor ke Hongkong.
“Namun permintaan yang terus menguat serta penjajakan pasar ke Amerika Serikat seperti California, menunjukkan masa depan cerah bagi produk alami Indonesia”, katanya.
Semangat hari itu terasa menular. Para peserta dari berbagai pelosok Bali, baik yang sudah menjajal ekspor maupun yang masih merintis, berkumpul dalam satu getaran harapan: bahwa produk lokal Bali tak hanya layak dijual, tetapi juga dibanggakan di mata dunia.
“Bincang Bisa Ekspor” bukan hanya forum edukasi, tetapi juga ruang penguatan batin dan jaringan antar pelaku usaha. Ia menjadi simbol bahwa dari tangan-tangan pengusaha pribumi, Bali tak hanya bersinar di pariwisata, tapi juga mulai mengukir nama di peta perdagangan dunia.
Dengan semangat gotong royong, keberanian menjelajah pasar, dan sentuhan cinta terhadap tanah sendiri, UKM Bali bersama HIPPI Bali kini mulai menulis kisah barunya, kisah tentang mimpi yang dijadikan nyata. Sebuah langkah kecil, tapi pasti, menuju masa depan ekonomi rakyat yang lebih berdaya. (kbs)