Dalam rangka memperingati semangat emansipasi R.A. Kartini, DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Provinsi Bali menggelar Kartini Talkshow 2025 dengan menghadirkan dua sesi utama yang mengangkat isu pemberdayaan perempuan dan peran generasi muda dalam pelestarian budaya. Acara yang merupakan serangkaian Kartini Fest 2025 ini berlangsung di Dewata Oleh-oleh, Pada Jumat, 2 Mei 2025.
Sesi pertama bertajuk “Pemberdayaan Perempuan Melalui Wirausaha” menghadirkan sejumlah narasumber kunci, yakni Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI, Veronica Tan, Ketua Umum KOWANI dan sekaligus Pembina Cahaya Ladara Nusantara (CLN) Pusat, Nannie Hadi Tjahjanto, serta Prof. Dr. Ariawan Gunadi, S.H., M.H., selaku Ketua Yayasan Tarumanagara Jakarta. Talkshow dimoderatori oleh Anak Agung Mia Intentilia, S.IP., M.A.
Sementara itu, sesi kedua bertema “Pemuda Semangat Kartini dan Budaya Sinergi Pang Pade Payu” diisi oleh narasumber kunci yakni Wakil Menteri Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (WamenEkraf/WakaBekraf) Irene Umar, serta dari kalangan pemuda, yakni Ketua Rembuk Pemuda, Gung Ayu, Ketua Bidang Pariwisata dan Budaya DPP HIPPI, Renno Reymond, dan Dwi Guna Pradnyaniswari, yang menyandang gelar Miss Tourism International Indonesia 2025, sekaligus Putri Pariwisata Indonesia 2024. Talkshow sesi kedua ini dimoderatori oleh Bunga, yang merupakan sekretaris Rembuk Pemuda Provinsi Bali.
Tak hanya talkshow, rangkaian acara juga dimeriahkan dengan berbagai kegiatan menarik seperti kurasi produk UMKM, pelantikan pengurus CLN Bali, peresmian gerai CLN di Dewata Oleh-oleh, layanan cek kesehatan gratis dari RS Kasih Ibu, serta bazaar kuliner.
Ketua Umum DPD HIPPI Provinsi Bali, Dr. Gung Tini Gorda, menegaskan pentingnya pendidikan sebagai jalan utama untuk meneruskan perjuangan Kartini dalam mencapai kesetaraan gender. Pemilihan tanggal 2 Mei untuk menyelenggarakan Talkshow dianggap relevan karena bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional, mencerminkan semangat Kartini yang meyakini pendidikan sebagai sarana perubahan berkelanjutan.
Meski Sekolah Kartini tidak lagi berlanjut, namun semangat dan perjuangannya dinilai tetap hidup melalui generasi saat ini. Tema besar yang diangkat dalam Talkshow kali ini, yakni Semangat Kartini, Perjuangan, dan Budaya Sinergi Pang Pade Payu, menjadi pengingat bahwa sinergi dan kolaborasi bukan sekadar jargon, melainkan tantangan nyata dalam praktik. Dalam konteks kolaborasi, bukan hanya kesetaraan yang menjadi isu, melainkan juga persoalan kekuasaan dan kepemimpinan dalam struktur sosial.
Gung Tini Gorda menggambarkan pentingnya peran setara antara laki-laki dan perempuan dalam pembangunan, diibaratkan sebagai dua sayap burung yang harus sama-sama kuat agar dapat terbang tinggi. “Kemandirian ekonomi perempuan harus dibangun berlandaskan nilai-nilai Tri Hita Karana, agar perempuan yang maju tidak melupakan peran laki-laki yang turut mendukung perjuangan mereka,” ujar tokoh perempuan dan akademisi yang juga Kepala Pusat Studi Undiknas (PSU) itu.
Kegiatan talkshow yang digelar bukan sekadar ajang diskusi, melainkan dirancang untuk menghasilkan rekomendasi nyata bagi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA). Kehadiran Wakil Menteri PPPA, Veronica Tan, sebagai keynote speaker dalam Talkshow dianggap merepresentasikan sosok Kartini masa kini dengan pendekatan terbuka dan kolaboratif.
Gung Tini Gorda menegaskan bahwa forum ini menjadi ruang untuk bersanding, bukan bersaing, demi mempercepat pencapaian kesetaraan gender melalui kemandirian ekonomi dan pembentukan karakter bangsa.
Lebih lanjut Gung Tini Gorda menjelaskan bahwa Kartini Fest 2025 merupakan kelanjutan dari inisiatif yang telah dimulai dua tahun lalu dengan tajuk Kartini Day. Tahun ini, kegiatan dikemas lebih segar dan menyasar generasi muda, khususnya Gen Z, dengan pendekatan yang lebih inklusif dan kolaboratif.
Rangkaian kegiatan telah dimulai sejak hari sebelumnya, termasuk panen padi bersama Wakil Menteri PPPA dan Ketua Umum DPP HIPPI, serta peluncuran prototipe Ruang Bersama Indonesia (RBI) di Kelurahan Kenderan Singaraja. Inisiatif ini dirancang sebagai ruang aman bagi perempuan dan anak, yang lahir dari kolaborasi berbagai pemangku kepentingan, termasuk Yayasan dan Universitas Tarumanagara yang turut memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan konsep dan desain ruang tersebut. Prototipe ini bahkan telah disaksikan langsung oleh Wakil Menteri PPPA, Veronica Tan, dan diharapkan dapat menjadi model nasional dengan semangat “dari Bali untuk Indonesia.”
Kartini Fest 2025 digelar mulai 21 April hingga 3 Mei dengan berbagai agenda edukatif yang menyoroti pemberdayaan perempuan melalui wirausaha serta semangat kebudayaan yang digaungkan oleh generasi muda melalui nilai-nilai sinergi Pang Pade Payu.
Kegiatan semakin meriah dengan parade budaya yang menampilkan kain tradisional endek di venue Peninsula, hasil kolaborasi dengan Gloria Penta Sindo, serta konser musik yang turut diselenggarakan oleh Gloria Penta Sindo sebagai bonus acara. Seluruh rangkaian ini dirancang untuk merepresentasikan semangat Kartini masa kini, dengan melibatkan generasi muda sebagai agen perubahan di masa depan.
Pada sesi pertama Talkshow Kartini dengan tema “Pemberdayaan Perempuan Melalui Wirausaha”, Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI, Veronica Tan, menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, LSM, dan pemangku kepentingan lainnya dalam mendukung perempuan, khususnya ibu rumah tangga, agar bisa mandiri secara ekonomi.
Ia menyampaikan bahwa tradisi vokal dan kemandirian perempuan yang diwariskan dari leluhur tidak boleh hilang, melainkan harus diperkuat melalui dukungan konkret. Salah satu contohnya adalah perempuan yang menenun atau menjahit untuk membantu perekonomian keluarga, sehingga anak-anak mereka dapat bersekolah dan memiliki masa depan yang lebih baik. Ia juga menekankan bahwa kualitas anak jauh lebih penting dibanding sekadar kuantitas.

Veronica Tan juga menyoroti pentingnya pendidikan moral dan akhlak yang baik bagi anak-anak, yang diharapkan dapat memperkuat fondasi mereka ketika nanti terjun ke dunia kerja. “Dengan bekal pendidikan, nilai moral, serta keterampilan finansial dan manajemen, anak-anak dari keluarga yang diberdayakan ini kita harapkan akan kembali membantu keluarga dan komunitasnya,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, ia menegaskan pentingnya payung hukum yang kuat untuk melindungi perempuan. Saat ini, terdapat dua undang-undang yang tengah difinalisasi dalam bentuk peraturan pemerintah (PP), termasuk Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS), yang menjadi dasar hukum penting untuk perlindungan terhadap perempuan dan anak.
Ia menjelaskan bahwa perlindungan hukum merupakan langkah awal dalam proses pemberdayaan. Perempuan tidak akan bisa berkembang jika tidak merasa aman. “Oleh karena itu, negara harus memastikan adanya hukuman maksimal bagi pelaku kekerasan seksual, termasuk pedofilia, yang merusak masa depan anak-anak dan kerap berdampak langsung terhadap perempuan,” tegasnya.
Veronica Tan menambahkan bahwa pemerintah sedang mendorong agar seluruh peraturan turunan dari Undang-Undang TPKS bisa rampung dalam tahun ini, termasuk tiga PP yang berkaitan dengan penindakan dan satu PP untuk pencegahan. Hal ini dilakukan agar perlindungan terhadap perempuan dan anak dapat segera diimplementasikan secara maksimal.
Narasumber berikutnya, Prof. Dr. Ariawan Gunadi, S.H., M.H., selaku Ketua Yayasan Tarumanagara Jakarta, menegaskan bahwa peran perempuan dalam membangun bangsa tidak bisa dipisahkan dari sejarah panjang perjuangan tokoh-tokoh seperti R.A. Kartini. Ia menyatakan bahwa Kartini telah memulai langkah besar dalam memperjuangkan isu perempuan dan anak melalui berbagai pemikiran dan surat-suratnya yang dikirim ke Belanda, yang hingga kini masih relevan untuk dibaca dan dijadikan inspirasi.
Menurut Prof. Ariawan, membangun perempuan berarti membangun bangsa. Ia menggarisbawahi pandangan filosofis bahwa pemberdayaan perempuan bukan hanya menyangkut individu, tetapi juga menyangkut keberlanjutan dan kemajuan suatu negara secara keseluruhan. “Pendidikan menjadi aspek utama yang ditekankan dalam proses pemberdayaan perempuan,” tegasnya.
Prof. Ariawan menyebut bahwa perempuan yang tangguh saat ini tidak terlepas dari pendidikan yang kuat sejak usia dini. Mulai dari pendidikan taman kanak-kanak, sekolah dasar, hingga ke jenjang yang lebih tinggi, fondasi yang kuat dari masa kecil berperan besar dalam membentuk karakter dan ketangguhan perempuan.
Namun, ia juga menyadari bahwa tidak semua perempuan di Indonesia memiliki akses yang sama terhadap pendidikan dan kesempatan. Masih banyak perempuan yang hidup dalam keterbatasan dan kesulitan. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya dukungan konkret terhadap program-program pendidikan yang telah dicanangkan pemerintah, agar semakin banyak perempuan yang bisa mendapatkan akses yang layak.
Sebagai bentuk komitmen, pihaknya menyatakan siap mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan bagi perempuan, khususnya melalui perluasan kemitraan. Prof. Ariawan menilai bahwa kerja sama antara sektor pemerintah, swasta, dan pelaku UMKM perlu diperkuat agar pemberdayaan ekonomi perempuan dapat berjalan beriringan dengan pendidikan. Ia juga melihat potensi besar dalam kemitraan lokal, termasuk di wilayah seperti Bali, yang dinilai sudah berkembang secara layak dan memiliki struktur yang mendukung kolaborasi lintas sektor.
Narasumber ketiga, Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) sekaligus Pembina CLN Pusat, Nannie Hadi Tjahjanto, menekankan pentingnya peran organisasi perempuan dan bagaimana peran tersebut dapat dimaksimalkan untuk mendukung pemberdayaan perempuan, khususnya di sektor wirausaha. Dalam paparannya, ia mencontohkan salah satu program Kementerian PPPA RI, yakni Ruang Bersama Indonesia (RBI), yang telah diimplementasikan di lingkungan organisasi perempuan.
Pada sesi kedua Talkshow Kartini yang mengusung tema “Pemuda Semangat Kartini dan Budaya Sinergi Pang Pade Payu”, Wakil Menteri Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (WamenEkraf/WakaBekraf) Irene Umar yang hadir secara daring menyampaikan pandangannya mengenai potensi besar produk wastra Indonesia. Ia menilai bahwa wastra memiliki kekuatan untuk bersaing di pasar global dan dapat menjadi motor pertumbuhan baru bagi perekonomian nasional. Produk-produk kreatif diharapkan tidak hanya menjadi kebanggaan dalam negeri, tetapi juga mampu menembus pasar internasional secara signifikan.
Selain itu, ia mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk menjadikan kegiatan ini sebagai ajang memperluas kolaborasi dan memperkuat nilai tambah dari produk wastra Indonesia. Diharapkan, kegiatan ini tidak hanya menjadi seremonial, tetapi juga memberi manfaat nyata serta mendorong lahirnya karya dan inovasi baru dari para pelaku industri kreatif di Indonesia.
Narasumber kedua, Ketua Bidang Pariwisata dan Budaya DPP HIPPI, Renno Reymond, menyampaikan apresiasinya terhadap inisiatif dan semangat kolaborasi yang ditunjukkan oleh HIPPI Bali bersama sejumlah DPC di daerah. Menurutnya, kegiatan yang digelar dalam rangka Kartini Fest 2025 ini mencerminkan kekuatan sinergi antarwilayah yang perlu terus dijaga dan dikembangkan ke depannya.
Sebagai salah satu narasumber dalam Talkshow Kartini, Reymond menilai bahwa pemuda di Bali memiliki potensi besar dalam mengembangkan sektor pariwisata yang berkelanjutan. Berbekal warisan budaya dan adat istiadat yang kuat, generasi muda Bali dinilai mampu menjadi motor penggerak dalam membangun pariwisata yang tidak hanya berdampak positif secara ekonomi, tetapi juga tetap berpijak pada nilai-nilai lokal.
DPP HIPPI pun menyatakan dukungan penuh terhadap berbagai upaya yang dilakukan oleh pemuda dalam memperkuat sektor pariwisata dan budaya, serta mendorong terus terciptanya kolaborasi yang konkret untuk kemajuan Bali.
Narasumber ketiga, Ketua Rembuk Pemuda, Gung Ayu, menyampaikan apresiasi kepada Wakil Menteri PPPA, Veronica Tan, atas ruang yang telah diberikan kepada anak-anak muda untuk berkolaborasi dan membangun energi positif melalui kegiatan Kartini Fest. Ia meyakini bahwa dukungan dari pemerintah, pemuda, serta para pemangku kepentingan lainnya akan mewujudkan visi bersama.
Narasumber ketiga, Dwi Guna Pradnyaniswari, yang menyandang gelar Miss Tourism International Indonesia 2025 sekaligus Putri Pariwisata Indonesia 2024, menyampaikan pandangannya mengenai posisi perempuan dalam masyarakat dan pentingnya pemberdayaan perempuan, khususnya di kalangan generasi muda.
Menurutnya, selama ini perempuan sering diposisikan sebagai sosok lemah dan hanya dijadikan objek. Namun, kini perempuan Indonesia mulai sadar akan pentingnya memperjuangkan keadilan, melawan sistem patriarki, serta mendorong pemberdayaan perempuan secara lebih luas.
Sebagai bagian dari generasi muda, Dwi Guna menyadari bahwa masih banyak perempuan muda yang merasa tidak percaya diri dan memiliki rasa tidak aman terhadap dirinya sendiri. Oleh karena itu, ia terus mendorong mereka untuk lebih vokal, percaya diri, dan menyebarkan energi positif dari dalam diri ke lingkungan sekitar.
Talkshow Kartini ini disambut dengan antusias tinggi oleh para peserta yang hadir dari berbagai kalangan. Mereka terlihat aktif mengikuti jalannya diskusi, mengajukan pertanyaan kritis kepada para narasumber, serta menyampaikan pandangan. Antusiasme ini mencerminkan kepedulian peserta terhadap tema yang diangkat, sekaligus menunjukkan semangat untuk turut serta dalam gerakan perubahan sosial.
Disela-sela acara Talkshow Kartini juga digelar acara pelantikan pengurus Cahaya Ladara Nusantara (CLN) Provinsi Bali. Dalam kesempatan tersebut, Doktor Gung Tini Gorda resmi dilantik sebagai Ketua CLN Provinsi Bali. CLN menempatkan pengembangan ekosistem UMKM sebagai inti misinya, termasuk melakukan kurasi produk-produk unggulan. Selain itu, CLN juga memfasilitasi potensi dari pelajar SMK se-Bali melalui lomba produk yang kemudian dijembatani dengan para pemangku kepentingan. Kolaborasi menjadi kunci keberlanjutan usaha dan pemberdayaan ekonomi perempuan yang diusung dalam Kartini Fest kali ini.
Juga diresmikan Gerai Cahaya Ladara Nusantara (CLN) Bali oleh Ketua Umum CLN Pusat, Triana Wulandari, bersama Wakil Menteri PPPA, Veronica Tan, dan Ketua CLN Provinsi Bali, Dr. Gung Tini Gorda. Gerai CLN Bali yang berlokasi di Dewata Oleh-oleh ini menjadi rumah bagi UMKM, dengan ekosistem yang telah terbentuk di CLN Provinsi Bali. Ke depannya, gerai ini akan terus bersinergi dengan DPD HIPPI Provinsi Bali.
Ketua Umum Cahaya Ladara Nusantara (CLN) Pusat, Triana Wulandari, menyampaikan bahwa organisasi ini yang didirikan tahun lalu telah menarik minat dari berbagai provinsi untuk bergabung, termasuk Bali. Pada tahun 2025, kepengurusan CLN di Provinsi Bali resmi dilantik dan diperkuat dengan kehadiran gerai Cahaya Ladara Nusantara yang kini bermitra dengan Dewata Oleh-oleh.
Pihaknya juga mengajak seluruh perempuan untuk berdaya, khususnya melalui pemberdayaan UMKM. Ia juga mengapresiasi pemilik Dewata Oleh-oleh, Kadek Imawati, yang telah memberikan ruang bagi CLN untuk melakukan pendampingan dan membuka akses pasar bagi para pelaku UMKM, khususnya di Bali.
Kartini Talkshow 2025 menjadi momentum penting untuk menegaskan kembali peran strategis perempuan dan generasi muda dalam pembangunan bangsa. Melalui semangat kolaboratif dengan spirit sinergi Pang Pade Payu, acara ini menghadirkan gagasan, aksi nyata, dan sinergi lintas sektor yang mendorong kesetaraan dan kemandirian.
Dari Bali, pesan Kartini masa kini menggema ke seluruh penjuru Indonesia, membawa harapan akan masa depan yang lebih adil dan inklusif. Kartini Fest 2025 pun tak sekadar perayaan, melainkan gerakan berkelanjutan menuju perubahan. (dan)